Freedom Writers: Yuk bercerita!

Freedom Writers: Yuk bercerita!


Dua minggu lalu Triyow gw nawarin nonton DVD koleksinya. Hmm, dia emang penggemar berat film, termasuk gw. Satu hal yang tidak pernah gw & dia lupa adalah membeli DVD film baru, ataupun DVD Film yang sekiranya bisa bikin gw ma dia terkesan. Selain buku tentunya. Nah, Berhubung Triyow tau gw seneng nulis, dia nyuruh gw nonton film ntu. Dan loe tau??
WOW!! 100 nilai buat film ini.

Freedom Writers adalah kisah nyata dari seorang Erin Gruwell (Hilary Swank) dalam mengatasi para siswa-siswinya yang tidak peduli terhadap pendidikan. Opening film ini diawali dengan adegan salah satu murid kelas 203, Eva (April Lee Hernandez) yang memiliki darah Amerika Latin ketika masih kecil.Dibesarkan di lingkungan yang keras, Eva menyaksikan seorang pria tetangganya ditembak di seberang rumahnya ketika dia sedang duduk di depan pintu. Saat itu ayahnya langsung berlari menghampiri tetangganya yang sudah meninggal. Dan akhirnya ayah Eva menanggung risiko untuk di penjara, walau jelas buakan dia yang menembaknya. Ketika remaja pun akhirnya Eva memutuskan untuk bergabung dengan salah satu geng.

Kehidupan di kota mereka (Long Beach) pada saat itu benar-benar penuh dengan peperangan antar golongan. Setiap golongan memiliki geng, ada geng Negro, geng Amerika Latin, geng Kamboja, dan geng Asia. Setiap geng saling membenci satu sama lain, lingkungan mereka dipenuhi dengan baku tembak antar geng. Entah memperebutkan apa, atau mungkin memperebutkan kehormatan? Entahlah. Yang jelas mereka terus saling membenci.

Erin Gruwell datang ke Long Beach untuk mengajar, dan dia mendapatkan kelas yang merupakan bagian dari program untuk pembauran remaja antar golongan ini. Namun keadaan di kelas benar-benar penuh dengan kebencian, tidak akan nampak murid yang membaur, ataupun mengenal satu sama lain. Yang mereka kenal hanya satu geng mereka saja. Dan mereka pun duduk saling berkelompok sesuai dengan golongannya. Bahkan Ben (Hunter Parrish) sebagai satu-satunya siswa kulit putih menjadi terkucilkan.
Dengan tanpa pantang menyerah Erin pun mulai terjun kedalam lingkaran yang penuh kebencian, dan kemarahan itu dengan tidak menggunakan cara pengajaran yang konservatif dengan materi-materi yang membosankan. Erin berusaha menggunakan metode-metode hasil eksperimennya sendiri. Pelajaran bahasa dan sastra yang menggunakan contoh seniman modern seperti lirik lagi Tupac Shakur, seorang rapper kulit hitam. Atau rapper lain yang ia tau, Erin pun mendapat cercaan.

Tanpa menyerah Erin terus berusaha untuk dapat menembus ke hati siswa-siswinya dengan cara memberi mereka masing-masing buku tulis, agar mereka mau menulis jurnal atau apapun yang ingin mereka tulis sebagai ekspresi dari diri mereka. Seperti apa yang ia rasakan, apa yang pernah terjadi dalam hidupnya, pokoknya apapun. Dan saat itu Erin tidak memaksa para muridnya untuk membaca tulisan mereka, maka dia menyediakan lemari untuk meletakkan buku-buku tersebut. Dan alangkah senangnya Erin ketika melihat isi lemari penuh dengan buku-buku yang berisi curahan hati mereka.

Walaupun pertengkaran antar geng masih berlanjut, bahkan salah satu teman Eva secara tidak sengaja membunuh salah satu remaja Kamboja ketika ingin menembak salah satu anggota geng kulit hitam. Eva sebagai saksi mata, tidak ingin berkhianat terhadap golongannya, maka dia justru bersaksi bahwa pelaku penembakan adalah salah seorang kulit hitam temannya.

Karena Supervisor Erin tidak mau mendukung Erin untuk memberikan fasilitas berupa buku-buku materi sebagai bahan pengajaran Erin, maka Erin pun mencari pekerjaan tambahan untuk dapat membelikan siswa-siswinya buku yang pantas untuk dibaca. Salah satunya adalah buku The Diary of Anne Frank, para siswa pun penasaran akan kisah Anne Frank tersebut. (Dan sejujurnya gw juga lagi nyari buku ntu, heuheu..)
Bagaimana gadis seumuran mereka mencoba bertahan hidup pada jaman Nazi. Tidak hanya sampai di situ, Erin terus berusaha agar para muridnya dapat saling membaur dan berdamai satu sama lain. Dengan cara membawa mereka tur, dan mengadakan makan bersama dengan beberapa pelarian di jaman Nazi yang selamat.

Kisah berlanjut dengan persahabatan antar golongan yang mulai terjalin, bahkan seorang Ben pun sudah dapat diterima untuk bergaul dengan Marcus (Jason Finn) salah seorang anggota geng kulit hitam yang diusir dari rumah oleh ibunya. Marcus diusir karena bergabung dengan geng, namun dia adalah salah satu murid yang sangat mengagumi perjuangan Anne Frank dan berkeinginan untuk bertemu dengan Miep Gies (Pat Carroll), yaitu orang yang membantu menyembunyikan keluarga Anne Frank dalam menghadapi Nazi. Para murid ingin sekali dapat bertemu langsung dengan Miep Gies.

Karena sekolah tidak mau membiayai untuk mendatangkan Miep Gies, maka persahabatan antar murid pun semakin terjalin dengan ide-ide mereka untuk mengumpulkan sumbangan agar dapat mendatangkan Miep Gies ke sekolah mereka. Banyak media yang meliput kejadian-kejadian tersebut, tentu saja hal ini semakin membuat kesal supervisor Erin. Dan betapa bangganya para murid ketika dapat berhadapan langsung dengan Mip Gies, yang juga telah membaca jurnal mereka, dan menganggap mereka semua adalah pahlawan. Pahlawan dari kehidupannya masing-masing. Dari saat itulah mereka pun mulai mengikuti jejak Anne Frank, menulis buku. Ketika Erin berhasil melobi salah satu perusahaan besar untuk menyumbangkan puluhan komputer untuk muridnya. Kesuksesan Erin ini tentu dilihat oleh siswa lain di kelas unggulan yang merasa dirinya dikucilkan hanya karena warna kulitnya. Siswa itu pun memilih kelas Erin sebagai kelasnya, walaupun ia termasuk siswa teladan disekolah tersebut hingga membuat gurunya marah pada Erin.

Namun kesuksesan Erin dalam perjuangannya menyatukan perpecahan antar golongan tidak diimbangi dengan kesuksesannya membina keluarga. Suami Erin yang selama ini mendukung Erin tiba-tiba meninggalkannya begitu saja.

Eva pun tiba-tiba berani bersaksi dengan jujur, walaupun akhirnya dibenci oleh golongannya. Konflik pun bertambah ketika Erin tidak diijinkan kembali mengajar mereka karena mereka sudah harus pindah kelas. Ketika dia memperjuangkan untuk dapat mengajar mereka, karena permintaan murid-muridnya yang sudah merasa sebagai satu keluarga, malah supervisornya membawa-bawa masalah pribadinya untuk menjatuhkan.

Nah, Gimana ya akhirnya?
Apakah Erin dapat kembali mengajar mereka?
Tonton sendiri deh!
Pokoknya Seruuu!!! Lucu, dan mengesankan!! Bagaimana ego antar geng itu ilang, dan tatapan bersahabat mereka? WOW!! Itu adalah saat-saat yang paling kita inginkan dimanapun kita berada bukan?? Tanpa melihat siapa kita!!

0 komentar:

Posting Komentar

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda